Beberapa do’a dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam
yang bisa dibaca untuk memohon perlindungan kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala dari beberapa perkara buruk :
1. Memohon perlindungan dari kemungkaran akhlak
Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Aliy bin Al-Hasan bin Sulaimaan -di Fusthaath-, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Aliy bin Muhriz, telah menceritakan kepada kami Abu Usaamah, dari Mis’ar bin Kidaam, dari Ziyaad bin ‘Ilaaqah, dari Pamannya[1], ia berkata, Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Allaahumma jannibniy munkaraatil akhlaaq, wal ahwaa’, wal aswaa’, wal adwaa’ (Ya Allah, hindarkanlah diriku dari berbagai macam kemungkaran akhlak, hawa-hawa nafsu, kejelekan-kejelekan dan penyakit-penyakit).”
[Shahiih Ibnu Hibbaan 3/240][2] Diriwayatkan pula oleh At-Tirmidziy (Jaami’ At-Tirmidziy no. 3591)[3]; Al-Haakim (Al-Mustadrak 1/532)[4]; Ath-Thabaraaniy (Mu’jam Al-Kabiir no. 36); Ibnu Abi ‘Aashim (As-Sunnah no. 13)[5]; Al-Baihaqiy (Syu’abul Iimaan no. 8540); Al-Bazzaar (Musnad no. 3706); Abu Nu’aim Al-Ashbahaaniy (Hilyatul Auliyaa’ 7/278).
2. Memohon perlindungan dari hilangnya nikmat dan kedatangan adzab
Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullaah bin ‘Abdil Kariim Abu Zur’ah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Bukair, telah menceritakan kepadaku Ya’quub bin ‘Abdirrahman, dari Muusaa bin ‘Uqbah, dari ‘Abdullaah bin Diinaar, dari ‘Abdullaah bin ‘Umar -radhiyallaahu ‘anhuma-, ia berkata, “Diantara do’a-do’a yang diucapkan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah Allaahumma inniy a’uudzubika min zawaali ni’matika wa tahawwali ‘aafiyatika wa fujaa’ati niqmatika wa jamii’i sakhathika (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari hilangnya nikmatMu, hilangnya kesehatan yang Engkau berikan, kedatangan adzabMu yang mendadak, dan semua kemurkaanMu).”
[Shahiih Muslim no. 2742] Diriwayatkan pula oleh Abu Daawud (Sunan no. 1545); Al-Haakim (Al-Mustadrak 1/531); An-Nasaa’iy (Sunan Al-Kubraa no. 7900); Al-Bazzaar (Musnad no. 6109).
3. Memohon perlindungan dari jeratan hutang dan genggaman musuh
“ Telah mengkhabarkan kepada kami Ahmad bin ‘Amr bin As-Sarh, ia berkata, telah memberitakan kepada kami Ibnu Wahb, ia berkata, telah menceritakan kepadaku Huyay bin ‘Abdillaah, ia berkata, telah menceritakan kepadaku Abu ‘Abdirrahman Al-Hubuliy, dari ‘Abdullaah bin ‘Amr bin Al-’Aash -radhiyallaahu ‘anhuma-, bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam dahulu pernah berdo’a dengan kalimat-kalimat ini, “Allaahumma inniy a’uudzubika min ghalabatid daini, wa ghalabatil ‘aduwwi, wa syamaatahil a’daa’ (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari jeratan hutang, genggaman musuh dan kegembiraan musuh-musuh (atas derita kami)).”
[Sunan An-Nasaa'iy Ash-Shughraa no. 5475][6] An-Nasaa’iy meriwayatkannya pula dalam Al-Kubraa no. 7854 dan no. 7872. Diriwayatkan pula oleh Ahmad (Musnad 11/189); Ibnu Hibbaan (Shahiih Ibnu Hibbaan no. 1027); Ath-Thabaraaniy (Ad-Du’aa’ no. 1336); Al-Baihaqiy (Ad-Da’awaatul Kabiir no. 294); Al-Haakim (Al-Mustadrak 1/531).
4. Memohon perlindungan dari hari yang buruk dan pelaku keburukan
“ Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Zuhair At-Tusturiy dan Muhammad bin Shaalih bin Al-Waliid An-Narsiy, keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Muhammad bin As-Sakan, telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Tsaabit, telah menceritakan kepada kami Muusaa bin ‘Aliy bin Rabaah, dari Ayahnya, dari ‘Uqbah bin ‘Aamir -radhiyallaahu ‘anhu-, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam berdo’a dengan, “Allahumma inniy a’uudzubika min yaumis suu’i, wa min lailatis suu’i, wa min saa’atis suu’i, wa min shaahibis suu’i, wa min jaaris suu’i fiy daaril muqaamah (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari hari yang buruk, dari malam yang buruk, dari waktu yang buruk, dari para pelaku keburukan dan dari tetangga yang buruk pada tempat (aku) bermukim).”
[Mu'jam Al-Kabiir no. 810][7] Dan dari jalan diatas, Ath-Thabaraaniy juga meriwayatkannya dalam Ad-Du’aa’ no. 1338.
5. Memohon perlindungan dari pasangan yang buruk dan makar orang jahat
“ Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullaah bin Ahmad bin Hanbal, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Hammaad Al-Hadhramiy, telah menceritakan kepada kami Abu Khaalid Al-Ahmar, dari Muhammad bin ‘Ajlaan, dari Sa’iid Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah -radhiyallaahu ‘anhu-, ia berkata, diantara do’a Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah, “Allaahumma inniy a’uudzubika min jaaris suu’i, wa min zaujin tusyayyibuniy qablal masyiibi, wa min waladin yakuunu ‘alayya rabban, wa min maalin yakuunu ‘alayya ‘adzaaban, wa min khaliilin maakirin ‘ainahu taraaniy wa qalbuhu tar’aaniy, in ra’aa hasanata dafanahaa, wa idzaa ra’aa sayyi’ata adzaa’ahaa (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari tetangga yang buruk, dari pasangan yang membuat rambutku memutih sebelum waktunya memutih, dari anak yang menjadi tuan bagiku, dari harta yang menjadi adzab bagiku, dari teman ahli makar yang matanya melihatku namun hatinya menjelekkanku, jika ia melihat kebaikan maka ia menyimpannya dan jika ia melihat keburukan maka ia menyebarkannya).”
[Ad-Du'aa' Ath-Thabaraaniy no. 1339][8]
6. Memohon perlindungan dari penyakit-penyakit ganas
Telah menceritakan kepada kami Muusaa bin Ismaa’iil, telah menceritakan kepada kami Hammaad, telah mengkhabarkan kepada kami Qataadah, dari Anas, bahwasanya Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah berdo’a, “Allaahumma inniy a’uudzubika minal barashi wal junuuni wal judzaami, wa min sayyi’il asqaam (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari penyakit belang, penyakit gila, penyakit kusta dan dari penyakit yang buruk).”
[Sunan Abu Daawud no. 1554][9] Diriwayatkan pula oleh An-Nasaa’iy (Sunan Ash-Shughraa no. 5493; Al-Kubraa no. 7876); Ahmad (Musnad no. 12592); Ibnu Hibbaan (Shahiih Ibnu Hibbaan no. 1017); Adh-Dhiyaa’ Al-Maqdisiy (Al-Mukhtarah no. 2131, 2132 dan 2133); Ath-Thayaalisiy (Musnad no. 2120).
7. Memohon perlindungan dari kefaqiran, kehinaan dan kezhaliman
Telah menceritakan kepada kami Muusaa, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Hammaad -yakni Ibnu Salamah-, dari Ishaaq bin ‘Abdillaah bin Abu Thalhah, dari Sa’iid bin Yasaar, dari Abu Hurairah, dahulu Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah berdo’a, “Allaahumma inniy a’uudzubika minal faqri wal qillati wadz dzillati, wa a’uudzubika an azhlima aw uzhlama (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kefaqiran, kekurangan dan kehinaan, dan aku berlindung kepadaMu dari menzhalimi atau dizhalimi).”
[Al-Adabul Mufrad no. 678][10] Diriwayatkan pula oleh Abu Daawud (Sunan no. 1544); An-Nasaa’iy (Sunan Ash-Shughraa no. 5460; Al-Kubraa no. 7844); Ibnu Maajah (Sunan no. 3842); Ahmad (Musnad no. 7992); Al-Haakim (Al-Mustadrak 1/540).
8. Memohon perlindungan dari keburukan yang pernah dilakukan dan belum pernah dilakukan
“ Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Yahyaa dan Ishaaq bin Ibraahiim -dan lafazhnya milik Yahyaa-, keduanya berkata, telah mengkhabarkan kepada kami Jariir, dari Manshuur, dari Hilaal, dari Farwah bin Naufal Al-Asyja’iy, ia berkata, aku bertanya kepada ‘Aaisyah -radhiyallaahu ‘anha- mengenai do’a yang diucapkan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam kepada Allah, ia berkata, beliau dahulu pernah berdo’a, “Allaahumma inniy a’uudzubika min syarri maa ‘amiltu wa min syarri maa lam a’mal (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari keburukan perkara yang pernah kulakukan dan dari keburukan perkara yang belum kulakukan).”
[Shahiih Muslim no. 2717] Diriwayatkan pula oleh Abu Daawud (Sunan no. 1550); An-Nasaa’iy (Sunan Ash-Shughraa no. 1307; Al-Kubraa no. 1231); Ibnu Maajah (Sunan no. 3839); Ahmad (Musnad no. 24162); Ibnu Abi Syaibah (Al-Mushannaf no. 29613).
9. Memohon perlindungan dari siksa kubur dan fitnah Dajjal
Telah menceritakan kepada kami Abul Yamaan, ia berkata, telah mengkhabarkan kepada kami Syu’aib, dari Az-Zuhriy, ia berkata, telah mengkhabarkan kepada kami ‘Urwah bin Az-Zubair, dari ‘Aaisyah istri Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam yang mengkhabarkan kepadanya bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah berdo’a dalam shalat, “Allaahumma inniy a’udzubika min ‘adzaabil qabr, wa a’udzubika min fitnatil masiihid dajjaal, wa a’udzubika min fitnatil mahyaa wa fitnatil mamaat. Allaahumma inniy a’udzubika minal ma’tsami wal maghrami (Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari ‘adzab kubur, dari fitnah Al-Masiih Ad-Dajjaal dan dari fitnah hidup dan fitnah mati. Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari perbuatan dosa dan lilitan hutang).”
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 833; Shahiih Muslim no. 588]
10. Memohon perlindungan dari kesurupan syaithan ketika sekarat dan mati terbunuh di jalan Allah dalam keadaan melarikan diri
“ Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullaah bin ‘Umar, telah menceritakan kepada kami Makkiy bin Ibraahiim, telah menceritakan kepadaku ‘Abdullaah bin Sa’iid, dari Shaifiy maulaa Aflah maulaa Abu Ayyuub, dari Abul Yasar[11], bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam dahulu pernah berdo’a, “Allaahumma inniy a’uudzubika minal hadmi, wa a’uudzubika minat taraddiy, wa a’udzuubika minal gharaqi wal haraqi wal harami, wa a’udzuubika an yatakhabbathaniy asy-syaithaanu ‘indal mauta, wa a’udzuubika an amuuta fiy sabiilika mudbiiran, wa a’udzuubika an amuuta ladiighan (Ya Allah, sesungguhnya aku belindung kepadaMu dari kehancuran, dan aku berlindung kepadaMu dari kebinasaan, dan aku berlindung kepadaMu dari tenggelam, terbakar dan kepikunan, dan aku berlindung kepadaMu dari dirasuki syaithan ketika sekarat, dan aku berlindung kepadaMu dari mati di jalanMu dalam keadaan melarikan diri, dan aku berlindung kepadaMu dari hewan berbisa).”
[Sunan Abu Daawud no. 1552][12] Diriwayatkan pula oleh An-Nasaa’iy (Sunan Ash-Shughraa no. 5531; Al-Kubraa no. 7917); Ahmad (Musnad no. 15097); Al-Haakim (Al-Mustadrak 1/531); Ath-Thabaraaniy (Musnad Asy-Syaamiyyiin no. 1521; Mu’jam Al-Kabiir no. 381; Ad-Du’aa’ no. 1363); Al-Baihaqiy (Ad-Da’awaatul Kabiir no. 271)
11. Memohon perlindungan dari empat hal
Telah mengkhabarkan kepada kami Qutaibah, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Al-Laits, dari Sa’iid bin Abu Sa’iid, dari saudaranya, yaitu ‘Abbaad bin Abu Sa’iid, bahwa ia mendengar Abu Hurairah mengatakan, “Dahulu Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah berdoa, “Allaahumma inniy a’uudzubika minal arba’, min ‘ilmin laa yanfa’u wa min qalbin laa yakhsya’u wa min nafsin laa tasyba’u wa min du’aa’in laa yusma’u (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari empat hal, dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak pernah puas dan dari do’a yang tidak didengar).”
[Sunan An-Nasaa'iy Ash-Shughraa no. 5467; Al-Kubraa no. 7820][13] Diriwayatkan pula oleh Abu Daawud (Sunan no. 1548); Ibnu Maajah (Sunan no. 3837); Ahmad (Musnad no. 8283); Adh-Dhiyaa’ Al-Maqdisiy (Al-Mukhtarah no. 1721); Al-Haakim (Al-Mustadrak 1/104).
12. Memohon perlindungan dari berbagai tipu daya syaithan
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullaah bin Muhammad bin Abi Syaibah, ‘Abdullaah bin Ahmad berkata, dan aku mendengarnya dari ‘Abdullaah, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudhail, dari ‘Athaa’ bin As-Saa’ib, dari Abu ‘Abdirrahman, dari ‘Abdullaah (bin Mas’uud) -radhiyallaahu ‘anhu-, bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam dahulu pernah berdo’a, “Allaahumma inniy a’uudzubika minasy syaithaani, min hamzihi wa naftsihi wa nafkhihi (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari syaithan, dari bisikannya, ludahnya dan tiupannya).” Bisikannya adalah kegilaan, ludahnya adalah sya’ir dan tiupannya adalah kesombongan.
[Musnad Ahmad 6/380][14] Diriwayatkan pula oleh Ibnu Maajah (Sunan no. 808); Ibnu Khuzaimah (Shahiih Ibnu Khuzaimah no. 456); Al-Haakim (Al-Mustadrak 1/207); Ibnu Abi Syaibah (Al-Mushannaf no. 29606; Musnad no. 189); Abu Ya’laa Al-Maushiliy (Musnad no. 4994); Ibnu Abi Haatim (Tafsiir no. 8424); Ath-Thabaraaniy (Ad-Du’aa’ no. 1381).
13. Memohon kelurusan dalam suatu perkara dan berlindung dari keburukan diri
Telah menceritakan kepada kami Rauh dan ‘Abdush Shamad, keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Hammaad, Rauh berkata, Hammaad berkata, telah mengkhabarkan kepada kami Al-Jurairiy, dari Abul ‘Alaa’, dari ‘Utsmaan bin Abul ‘Aash -radhiyallaahu ‘anhu- dan seorang wanita dari Qais, bahwasanya keduanya mendengar Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, salah satu dari keduanya berkata, aku mendengar beliau berdo’a, “Allaahummagh firliy dzanbiy wa khatha’iy wa ‘amdiy (Ya Allah, ampunilah dosaku, kekeliruanku dan kesengajaanku).” Dan berkata yang lainnya, aku mendengar beliau berdo’a, “Allaahumma astahdiika li arsyadi amriy, wa a’udzuubika min syarri nafsiy (Ya Allah, aku memohon petunjukMu kepada perkaraku yang lurus, dan aku berlindung kepadaMu dari keburukan diriku).”
[Musnad Ahmad no. 15835, 17447][15] Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Syaibah (Al-Mushannaf no. 29885); Ibnu Hibbaan (Shahiih Ibnu Hibbaan no. 901); Ath-Thabaraaniy (Mu’jam Al-Kabiir no. 8369; Ad-Du’aa’ no. 1392).
14. Memohon dijauhkan dari berbagai dosa sebagaimana jauhnya timur dan barat
Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair, dari Hisyaam bin ‘Urwah, dari Ayahnya, dari ‘Aaisyah -radhiyallaahu ‘anha-, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam dahulu pernah berdo’a, “Allaahummagh sil khataayaaya bimaa’its tsalji wal baradi, wa naqqi qalbiy minal khataayaaya kamaa naqqaitats tsaubal abyadha minad danasi, wa baa’id bainiy wa baina khataayaaya kamaa baa’adta bainal masyriqi wal maghribi (Ya Allah, bersihkanlah dosa-dosaku dengan salju dan embun, sucikanlah hatiku dari dosa-dosaku sebagaimana Kau sucikan pakaian putih dari kotoran, dan jauhkanlah diriku dari dosa-dosaku sebagaimana Kau jauhkan timur dengan barat).”
[Al-Mushannaf Ibnu Abi Syaibah no. 29693][16] Diriwayatkan pula oleh Ath-Thabaraaniy (Ad-Du’aa’ no. 1345); Al-Baihaqiy (Ad-Da’awaatul Kabiir no. 207)
Semoga bermanfaat. Wallaahu a’lam.
Sumber : “Ad-Du’aa’“, karya Al-Imam Abul Qaasim Ath-Thabaraaniy, tahqiiq : Dr. Muhammad Sa’iid bin Muhammad Hasan Al-Bukhaariy, Daar Al-Basyaa’ir Al-Islaamiyyah -dengan beberapa penambahan-. Footnotes : [1] Quthbah bin Maalik radhiyallahu ‘anhu, sahabat Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam. [2] Hadits ini sanadnya shahih. Dishahihkan oleh Syaikh Syu’aib Al-Arna’uuth dalam tahqiq Shahiih Ibnu Hibbaan, kemudian Syaikh Al-Albaaniy dalam Zhilaalul Jannah no. 13, Shahiihul Jaami’ no. 1298 dan Shahiih At-Tirmidziy. Al-Haafizh As-Suyuuthiy dalam Jaami’ Ash-Shaghiir no. 1472 berkata sanadnya hasan. [3] Dengan matan do’a : اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الْأَخْلَاقِ، وَالْأَعْمَالِ، وَالْأَهْوَاءِ [4] Dengan matan do’a : اللَّهُمَّ جَنِّبْنِي مُنْكَرَاتِ الأَخْلاقِ، وَالأَهْوَاءِ، وَالأَعْمَالِ وَالأَدْوَاءِ [5] Dengan matan do’a : اللَّهُمَّ جَنِّبْنِي مُنْكَرَاتِ الأَخْلاقِ، وَالأَهْوَاءِ، وَالأَدْوَاءِ Walau matan-matannya ada perbedaan, namun semua lafazhnya dapat digunakan dan tidak ada perhatian khusus dari para ulama. [6] Hasan lighairihi. Dan sanad An-Nasaa’iy ini dha’if karena dalam sanadnya ada Huyay bin ‘Abdillaah, dia adalah Al-Mu’aafiriy Al-Bashriy. Al-Haafizh berkata dia shaduuq yahimu dan disepakati Al-Albaaniy dalam Ash-Shahiihah no. 1541, namun yang benar ia dha’if, Ahmad berkata bahwa hadits-haditsnya diingkari, Al-Bukhaariy berkata “fiihi nazhar”, An-Nasaa’iy berkata “laisa bil qawiy”, Ibnu ‘Adiy berkata “aku berharap tidak mengapa dengannya jika yang meriwayatkannya adalah rawi tsiqah”, sedangkan Ibnu Ma’iin berkata “tidak ada yang salah dengannya”, dan Syu’aib Al-Arna’uuth dalam At-Tahriir 1/337 berkata “dha’if, memerlukan penguat”, dan inilah yang benar. Ath-Thabaraaniy (Mu’jam Al-Kabiir no. 11882) meriwayatkan syaahid hadits ini, dari jalan ‘Abdullaah bin ‘Abbaas radhiyallaahu ‘anhuma; Telah menceritakan kepada kami ‘Abdaan bin Ahmad, telah menceritakan kepada kami Ya’quub bin Ishaaq Al-Qaluusiy, telah menceritakan kepada kami ‘Abbaad bin Zakariyyaa Ash-Shariimiy, telah menceritakan kepada kami Hisyaam bin Hassaan, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbaas, secara marfuu’, dan dengan tidak menyebutkan lafazh “wa syamaatahil a’daa’”, melainkan “wa min bawaaril ayyimi, wa fitnatid dajjaal (dari hidup membujang (tidak laku-laku) dan fitnah dajjal)”. Demikian diriwayatkan pula oleh Adh-Dhiyaa’ Al-Maqdisiy (Al-Mukhtarah no. 4428); Ad-Daaruquthniy (Al-Afraad no. 15). Dan sanadnya dha’if, ‘Abbaad bin Zakariyyaa tidak dikenal dan tidak ditemukan biografinya, demikian dikatakan Abul Hasan Al-Haitsamiy dalam Majma’ Az-Zawaa’id 10/146, kemudian disepakati Al-Albaaniy dalam Adh-Dha’iifah 4/152. Abu Bakr Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan di dua tempat dalam Mushannaf-nya; - Telah menceritakan kepada kami Jariir, dari Manshuur, dari Mujaahid, dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, sabdanya, dengan hanya tambahan lafazh “wa bawaaril ayyim”. (Al-Mushannaf no. 29639) - Telah menceritakan kepada kami Ghundar, dari Syu’bah, dari Al-Hakam, dari Ibnu Abi Lailaa, sabda Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, tanpa lafazh “wa syamaatahil a’daa’”. (Al-Mushannaf no. 29641) Dan kedua sanadnya mursal shahih hingga Mujaahid dan Ibnu Abi Lailaa. Al-Bukhaariy dalam Shahiih-nya (no. 6369) meriwayatkan dari jalan Anas bin Maalik -radhiyallaahu ‘anhu-; Telah menceritakan kepada kami Khaalid bin Makhlad, telah menceritakan kepada kami Sulaimaan, telah menceritakan kepadaku ‘Amr bin Abu ‘Amr, aku mendengar Anas bin Maalik berkata, Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam berdoa, “Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari duka cita dan kesedihan, kelemahan dan kemalasan, ketakutan dan kebakhilan, serta lilitan hutang dan genggaman musuh.” Dari semua jalan-jalan periwayatan diatas, maka hadits ini adalah hasan lighairihi. [7] Abul Hasan Al-Haitsamiy berkata, “Para perawinya adalah para perawi tsiqah.” (Majma’ Az-Zawaa’id 7/223), dan disepakati Al-’Ajluuniy (Kasyful Khafaa’ 1/218). Dihasankan Al-Haafizh As-Suyuuthiy dalam Al-Jaami’ush Shaghiir no. 1520. [8] Hasan. Dihasankan Syaikh Al-Albaaniy dalam Ash-Shahiihah no. 3137. [9] Para perawinya adalah para perawi Ash-Shahiihain, dan hadits ini shahih. Syaikh Syu’aib Al-Arna’uuth berkata, “Shahih sesuai syarat Imam Muslim.” (Tahqiiq Shahiih Ibnu Hibbaan 3/295). [10] Para perawinya adalah para perawi Ash-Shahiihain, dan hadits ini shahih. Syaikh Al-Albaaniy berkata, “Sanadnya jayyid.” (Takhriij Al-Misykaah no. 2401). [11] Ka’b bin ‘Amr radhiyallaahu ‘anhu, sahabat Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam. [12] Al-Imam Al-Haakim berkata, “Sanadnya shahih namun tidak dikeluarkan Al-Bukhaariy dan Muslim.” Syaikh Al-Albaaniy menshahihkannya dalam Shahiih Abu Daawud, dan Shahiihul Jaami’ no. 1282. [13] Sanadnya hasan, dan Syaikh Al-Albaaniy dalam Takhriij Al-Misykaah no. 2399 berkata shahih lighairihi. [14] Hasan lighairihi. Dan sanad Ahmad ini dha’if dikarenakan ‘Athaa’ bin As-Saa’ib, ia tsiqah namun mengalami ikhtilath di akhir umurnya, Muhammad bin Fudhail termasuk diantara para perawi yang mendengar dari ‘Athaa’ setelah ikhtilath : قال : وروى عن عطاء بن السائب؟ قال يحيى : إن جريرا وإبن فضيل وهؤلاء، سمعوا من عطاء بن السائب بآخرة. فقلت ليحيى : كان عطاء قد خلط؟ قال : نعم . وحماد بن سلمة سمع من عطاء بن السائب قديما قبل الإختلاط (Ibnul Junaid) berkata, “Dan (Jariir bin ‘Abdul Hamiid) meriwayatkan dari ‘Athaa’ bin As-Saa’ib?” Yahyaa (bin Ma’iin) berkata, “Sesungguhnya Jariir, Ibnu Fudhail dan mereka mendengar dari ‘Athaa’ bin As-Saa’ib di masa-masa akhir.” Maka aku bertanya pada Yahyaa, “‘Athaa’ telah mengalami ikhtilath?” Yahyaa menjawab, “Ya, dan Hammaad bin Salamah mendengar dari ‘Athaa’ bin As-Saa’ib di awal sebelum ikhtilathnya.” [Su'aalaat Ibnul Junaid li Yahyaa bin Ma'iin hal. 478 no. 837] Abu ‘Abdirrahman adalah ‘Abdullaah bin Habiib bin Rabii’ah Al-Kuufiy, Abu ‘Abdirrahman As-Sulamiy, Al-Haafizh berkata “tsiqah tsabt”. Muhammad bin Fudhail mempunyai beberapa mutaba’ah, antara lain dari : ‘Ammaar bin Ruzaiq, diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya no. 3818; Telah menceritakan kepada kami Abul Jawwaab, telah menceritakan kepada kami ‘Ammaar bin Ruzaiq, dari ‘Athaa’ bin As-Saa’ib, dari Abu ‘Abdirrahman, dari ‘Abdullaah bin Mas’uud, secara marfuu’. –’Ammaar bin Ruzaiq Adh-Dhabbiy At-Tamiimiy, Abul Ahwash Al-Kuufiy, Al-Haafizh berkata “tidak mengapa dengannya”. Namun tidak ada keterangan ia mendengar dari ‘Athaa’ bin As-Saa’ib sebelum atau sesudah ikhtilathnya, maka wajib tawaqquf dalam hal ini, namun sanad ini bisa menjadi i’tibar riwayat Ibnu Fudhail.– Warqaa’, diriwayatkan Al-Baihaqiy dalam Syu’abul Iimaan no. 2066 dan Ad-Da’awaatul Kabiir no. 286 dari jalan Al-Haakim Abu ‘Abdillaah; Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abu Thayyibah, telah menceritakan kepada kami Warqaa’, dari ‘Athaa’ bin As-Saa’ib, dari Abu ‘Abdirrahman, dari ‘Abdullaah, secara marfuu’. –Warqaa’ bin ‘Umar bin Kulaib Al-Yasykuriy, Abu Bisyr Al-Madaa’iniy Al-Kuufiy, Al-Haafizh berkata “shaduuq, pada haditsnya dari Manshuur (bin Al-Mu’tamir) lemah”. Dan tidak ada pula keterangan apakah Warqaa’ mendengar ‘Athaa’ sebelum atau setelah ikhtilathnya. Namun sanad ini pun bisa dijadikan i’tibar riwayat ‘Ammaar dan Ibnu Fudhail. Maka, jika dikumpulkan sanad-sanad dari jalan Ibnu Mas’uud ini, haditsnya akan menjadi hasan lighairihi. Syaikh Syu’aib Al-Arnaa’uth menshahihkan hadits ini dalam ta’liq Musnad Ahmad 6/380. [15] Hadits shahih. Abul Hasan Al-Haitsamiy berkata, “Para perawinya adalah para perawi Ash-Shahiih.” (Majma’ Az-Zawaa’id 10/180), dan Syaikh Al-Albaaniy menshahihkannya dalam Shahiih Al-Mawaarid no. 2059. [16] Hadits shahih. Hadits ini adalah bagian dari hadits riwayat Imam Al-Bukhaariy yang diriwayatkan dalam Shahih-nya no. 6377 dan Imam Muslim dalam Shahih-nya no. 2707.
1. Memohon perlindungan dari kemungkaran akhlak
أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ سُلَيْمَانَ، بِالْفُسْطَاطِ،
قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ مُحْرِزٍ، حَدَّثَنَا أَبُو
أُسَامَةَ، عَنْ مِسْعَرِ بْنِ كِدَامٍ، عَنْ زِيَادِ بْنِ عِلاقَةَ،
عَنْ عَمِّهِ، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: ”
اللَّهُمَّ جَنِّبْنِي مُنْكَرَاتِ الأَخْلاقِ، وَالأَهْوَاءِ،
وَالأَسْوَاءِ، وَالأَدْوَاءِ “
Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Aliy bin Al-Hasan bin Sulaimaan -di Fusthaath-, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Aliy bin Muhriz, telah menceritakan kepada kami Abu Usaamah, dari Mis’ar bin Kidaam, dari Ziyaad bin ‘Ilaaqah, dari Pamannya[1], ia berkata, Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Allaahumma jannibniy munkaraatil akhlaaq, wal ahwaa’, wal aswaa’, wal adwaa’ (Ya Allah, hindarkanlah diriku dari berbagai macam kemungkaran akhlak, hawa-hawa nafsu, kejelekan-kejelekan dan penyakit-penyakit).”
[Shahiih Ibnu Hibbaan 3/240][2] Diriwayatkan pula oleh At-Tirmidziy (Jaami’ At-Tirmidziy no. 3591)[3]; Al-Haakim (Al-Mustadrak 1/532)[4]; Ath-Thabaraaniy (Mu’jam Al-Kabiir no. 36); Ibnu Abi ‘Aashim (As-Sunnah no. 13)[5]; Al-Baihaqiy (Syu’abul Iimaan no. 8540); Al-Bazzaar (Musnad no. 3706); Abu Nu’aim Al-Ashbahaaniy (Hilyatul Auliyaa’ 7/278).
2. Memohon perlindungan dari hilangnya nikmat dan kedatangan adzab
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْكَرِيمِ أَبُو زُرْعَةَ
حَدَّثَنَا ابْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنِي يَعْقُوبُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ كَانَ مِنْ دُعَاءِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ
نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ
سَخَطِكَ
Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullaah bin ‘Abdil Kariim Abu Zur’ah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Bukair, telah menceritakan kepadaku Ya’quub bin ‘Abdirrahman, dari Muusaa bin ‘Uqbah, dari ‘Abdullaah bin Diinaar, dari ‘Abdullaah bin ‘Umar -radhiyallaahu ‘anhuma-, ia berkata, “Diantara do’a-do’a yang diucapkan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah Allaahumma inniy a’uudzubika min zawaali ni’matika wa tahawwali ‘aafiyatika wa fujaa’ati niqmatika wa jamii’i sakhathika (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari hilangnya nikmatMu, hilangnya kesehatan yang Engkau berikan, kedatangan adzabMu yang mendadak, dan semua kemurkaanMu).”
[Shahiih Muslim no. 2742] Diriwayatkan pula oleh Abu Daawud (Sunan no. 1545); Al-Haakim (Al-Mustadrak 1/531); An-Nasaa’iy (Sunan Al-Kubraa no. 7900); Al-Bazzaar (Musnad no. 6109).
3. Memohon perlindungan dari jeratan hutang dan genggaman musuh
أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ السَّرْحِ، قَالَ: أَنْبَأَنَا
ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي حُيَيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ:
حَدَّثَنِي أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيُّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم
كَانَ يَدْعُو بِهَؤُلَاءِ الْكَلِمَاتِ: ” اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ
مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ، وَغَلَبَةِ الْعَدُوِّ، وَشَمَاتَةِ
الْأَعْدَاءِ
“ Telah mengkhabarkan kepada kami Ahmad bin ‘Amr bin As-Sarh, ia berkata, telah memberitakan kepada kami Ibnu Wahb, ia berkata, telah menceritakan kepadaku Huyay bin ‘Abdillaah, ia berkata, telah menceritakan kepadaku Abu ‘Abdirrahman Al-Hubuliy, dari ‘Abdullaah bin ‘Amr bin Al-’Aash -radhiyallaahu ‘anhuma-, bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam dahulu pernah berdo’a dengan kalimat-kalimat ini, “Allaahumma inniy a’uudzubika min ghalabatid daini, wa ghalabatil ‘aduwwi, wa syamaatahil a’daa’ (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari jeratan hutang, genggaman musuh dan kegembiraan musuh-musuh (atas derita kami)).”
[Sunan An-Nasaa'iy Ash-Shughraa no. 5475][6] An-Nasaa’iy meriwayatkannya pula dalam Al-Kubraa no. 7854 dan no. 7872. Diriwayatkan pula oleh Ahmad (Musnad 11/189); Ibnu Hibbaan (Shahiih Ibnu Hibbaan no. 1027); Ath-Thabaraaniy (Ad-Du’aa’ no. 1336); Al-Baihaqiy (Ad-Da’awaatul Kabiir no. 294); Al-Haakim (Al-Mustadrak 1/531).
4. Memohon perlindungan dari hari yang buruk dan pelaku keburukan
حدثنا أَحْمَدُ بْنُ زُهَيْرٍ التُّسْتَرِيُّ، وَمُحَمَّدُ بْنُ صَالِحِ
بْنِ الْوَلِيدِ النَّرْسِيُّ، قَالا: ثنا يَحْيَى بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ
السَّكَنِ، ثنا بِشْرُ بْنُ ثَابِتٍ، ثنا مُوسَى بْنُ عَلِيِّ بْنِ
رَبَاحٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صلى الله علىه وسلم يَقُولُ: ” اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ
مِنْ يَوْمِ السُّوءِ، وَمِنْ لَيْلَةِ السُّوءِ، وَمِنْ سَاعَةِ السُّوءِ،
وَمِنْ صَاحِبِ السُّوءِ، وَمِنْ جَارِ السُّوءِ فِي دَارِ الْمُقَامَةِ
“ Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Zuhair At-Tusturiy dan Muhammad bin Shaalih bin Al-Waliid An-Narsiy, keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Muhammad bin As-Sakan, telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Tsaabit, telah menceritakan kepada kami Muusaa bin ‘Aliy bin Rabaah, dari Ayahnya, dari ‘Uqbah bin ‘Aamir -radhiyallaahu ‘anhu-, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam berdo’a dengan, “Allahumma inniy a’uudzubika min yaumis suu’i, wa min lailatis suu’i, wa min saa’atis suu’i, wa min shaahibis suu’i, wa min jaaris suu’i fiy daaril muqaamah (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari hari yang buruk, dari malam yang buruk, dari waktu yang buruk, dari para pelaku keburukan dan dari tetangga yang buruk pada tempat (aku) bermukim).”
[Mu'jam Al-Kabiir no. 810][7] Dan dari jalan diatas, Ath-Thabaraaniy juga meriwayatkannya dalam Ad-Du’aa’ no. 1338.
5. Memohon perlindungan dari pasangan yang buruk dan makar orang jahat
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ، ثنا الْحَسَنُ
بْنُ حَمَّادٍ الْحَضْرَمِيُّ، ثنا أَبُو خَالِدٍ الأَحْمَرُ، عَنْ
مُحَمَّدِ بْنِ عَجْلانَ، عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كَانَ مِنْ دُعَاءِ رَسُولِ
اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: ” اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ جَارِ
السُّوءِ، وَمِنْ زَوْجٍ تُشَيِّبُنِي قَبْلَ الْمَشِيبِ، وَمِنْ وَلَدٍ
يَكُونُ عَلَيَّ رِبًا، وَمِنْ مَالٍ يَكُونُ عَلَيَّ عَذَابًا، وَمِنْ
خَلِيلٍ مَاكِرٍ عَيْنَهُ تَرَانِي، وَقَلْبُهُ تَرْعَانِي، إِنْ رَأَى
حَسَنَةً دَفَنَهَا، وَإِذَا رَأَى سَيِّئَةً أَذَاعَهَا
“ Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullaah bin Ahmad bin Hanbal, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Hammaad Al-Hadhramiy, telah menceritakan kepada kami Abu Khaalid Al-Ahmar, dari Muhammad bin ‘Ajlaan, dari Sa’iid Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah -radhiyallaahu ‘anhu-, ia berkata, diantara do’a Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah, “Allaahumma inniy a’uudzubika min jaaris suu’i, wa min zaujin tusyayyibuniy qablal masyiibi, wa min waladin yakuunu ‘alayya rabban, wa min maalin yakuunu ‘alayya ‘adzaaban, wa min khaliilin maakirin ‘ainahu taraaniy wa qalbuhu tar’aaniy, in ra’aa hasanata dafanahaa, wa idzaa ra’aa sayyi’ata adzaa’ahaa (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari tetangga yang buruk, dari pasangan yang membuat rambutku memutih sebelum waktunya memutih, dari anak yang menjadi tuan bagiku, dari harta yang menjadi adzab bagiku, dari teman ahli makar yang matanya melihatku namun hatinya menjelekkanku, jika ia melihat kebaikan maka ia menyimpannya dan jika ia melihat keburukan maka ia menyebarkannya).”
[Ad-Du'aa' Ath-Thabaraaniy no. 1339][8]
6. Memohon perlindungan dari penyakit-penyakit ganas
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، أَخْبَرَنَا
قَتَادَةُ، عَنْ أَنَسٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ
يَقُولُ: ” اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ، وَالْجُنُونِ،
وَالْجُذَامِ، وَمِنْ سَيِّئْ الْأَسْقَامِ
Telah menceritakan kepada kami Muusaa bin Ismaa’iil, telah menceritakan kepada kami Hammaad, telah mengkhabarkan kepada kami Qataadah, dari Anas, bahwasanya Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah berdo’a, “Allaahumma inniy a’uudzubika minal barashi wal junuuni wal judzaami, wa min sayyi’il asqaam (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari penyakit belang, penyakit gila, penyakit kusta dan dari penyakit yang buruk).”
[Sunan Abu Daawud no. 1554][9] Diriwayatkan pula oleh An-Nasaa’iy (Sunan Ash-Shughraa no. 5493; Al-Kubraa no. 7876); Ahmad (Musnad no. 12592); Ibnu Hibbaan (Shahiih Ibnu Hibbaan no. 1017); Adh-Dhiyaa’ Al-Maqdisiy (Al-Mukhtarah no. 2131, 2132 dan 2133); Ath-Thayaalisiy (Musnad no. 2120).
7. Memohon perlindungan dari kefaqiran, kehinaan dan kezhaliman
حَدَّثَنَا مُوسَى، قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، يَعْنِي ابْنَ سَلَمَةَ،
عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ، عَنْ سَعِيدِ
بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم
يَقُولُ: ” اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْفَقْرِ وَالْقِلَّةِ
وَالذِّلَّةِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ
Telah menceritakan kepada kami Muusaa, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Hammaad -yakni Ibnu Salamah-, dari Ishaaq bin ‘Abdillaah bin Abu Thalhah, dari Sa’iid bin Yasaar, dari Abu Hurairah, dahulu Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah berdo’a, “Allaahumma inniy a’uudzubika minal faqri wal qillati wadz dzillati, wa a’uudzubika an azhlima aw uzhlama (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kefaqiran, kekurangan dan kehinaan, dan aku berlindung kepadaMu dari menzhalimi atau dizhalimi).”
[Al-Adabul Mufrad no. 678][10] Diriwayatkan pula oleh Abu Daawud (Sunan no. 1544); An-Nasaa’iy (Sunan Ash-Shughraa no. 5460; Al-Kubraa no. 7844); Ibnu Maajah (Sunan no. 3842); Ahmad (Musnad no. 7992); Al-Haakim (Al-Mustadrak 1/540).
8. Memohon perlindungan dari keburukan yang pernah dilakukan dan belum pernah dilakukan
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى، وَإِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ
وَاللَّفْظُ لِيَحْيَى، قَالَا: أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ
هِلَالٍ، عَنْ فَرْوَةَ بْنِ نَوْفَلٍ الْأَشْجَعِيِّ، قَالَ: سَأَلْتُ
عَائِشَةَ عَمَّا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَدْعُو بِهِ
اللَّهَ؟ قَالَتْ: كَانَ يَقُولُ: ” اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ
شَرِّ مَا عَمِلْتُ وَمِنْ شَرِّ مَا لَمْ أَعْمَلْ
“ Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Yahyaa dan Ishaaq bin Ibraahiim -dan lafazhnya milik Yahyaa-, keduanya berkata, telah mengkhabarkan kepada kami Jariir, dari Manshuur, dari Hilaal, dari Farwah bin Naufal Al-Asyja’iy, ia berkata, aku bertanya kepada ‘Aaisyah -radhiyallaahu ‘anha- mengenai do’a yang diucapkan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam kepada Allah, ia berkata, beliau dahulu pernah berdo’a, “Allaahumma inniy a’uudzubika min syarri maa ‘amiltu wa min syarri maa lam a’mal (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari keburukan perkara yang pernah kulakukan dan dari keburukan perkara yang belum kulakukan).”
[Shahiih Muslim no. 2717] Diriwayatkan pula oleh Abu Daawud (Sunan no. 1550); An-Nasaa’iy (Sunan Ash-Shughraa no. 1307; Al-Kubraa no. 1231); Ibnu Maajah (Sunan no. 3839); Ahmad (Musnad no. 24162); Ibnu Abi Syaibah (Al-Mushannaf no. 29613).
9. Memohon perlindungan dari siksa kubur dan fitnah Dajjal
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، قَالَ: أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ، عَنِ
الزُّهْرِيِّ، قَالَ: أَخْبَرَنَا عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ، عَنْ
عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَخْبَرَتْهُ، ” أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَدْعُو فِي الصَّلَاةِ
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَأَعُوذُ بِكَ
مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ
الْمَحْيَا وَفِتْنَةِ الْمَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ
الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ
Telah menceritakan kepada kami Abul Yamaan, ia berkata, telah mengkhabarkan kepada kami Syu’aib, dari Az-Zuhriy, ia berkata, telah mengkhabarkan kepada kami ‘Urwah bin Az-Zubair, dari ‘Aaisyah istri Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam yang mengkhabarkan kepadanya bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah berdo’a dalam shalat, “Allaahumma inniy a’udzubika min ‘adzaabil qabr, wa a’udzubika min fitnatil masiihid dajjaal, wa a’udzubika min fitnatil mahyaa wa fitnatil mamaat. Allaahumma inniy a’udzubika minal ma’tsami wal maghrami (Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari ‘adzab kubur, dari fitnah Al-Masiih Ad-Dajjaal dan dari fitnah hidup dan fitnah mati. Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari perbuatan dosa dan lilitan hutang).”
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 833; Shahiih Muslim no. 588]
10. Memohon perlindungan dari kesurupan syaithan ketika sekarat dan mati terbunuh di jalan Allah dalam keadaan melarikan diri
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ، حَدَّثَنَا مَكِّيُّ بْنُ
إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ صَيْفِيٍّ
مَوْلَى أَفْلَحَ مَوْلَى أَبِي أَيُّوبَ، عَنْ أَبِي الْيَسَرِ، أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَدْعُو: “ اللَّهُمَّ إِنِّي
أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَدْمِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ التَّرَدِّي، وَأَعُوذُ
بِكَ مِنَ الْغَرَقِ، وَالْحَرَقِ وَالْهَرَمِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ
يَتَخَبَّطَنِي الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَوْتِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ
أَمُوتَ فِي سَبِيلِكَ مُدْبِرًا، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ لَدِيغًا
“ Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullaah bin ‘Umar, telah menceritakan kepada kami Makkiy bin Ibraahiim, telah menceritakan kepadaku ‘Abdullaah bin Sa’iid, dari Shaifiy maulaa Aflah maulaa Abu Ayyuub, dari Abul Yasar[11], bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam dahulu pernah berdo’a, “Allaahumma inniy a’uudzubika minal hadmi, wa a’uudzubika minat taraddiy, wa a’udzuubika minal gharaqi wal haraqi wal harami, wa a’udzuubika an yatakhabbathaniy asy-syaithaanu ‘indal mauta, wa a’udzuubika an amuuta fiy sabiilika mudbiiran, wa a’udzuubika an amuuta ladiighan (Ya Allah, sesungguhnya aku belindung kepadaMu dari kehancuran, dan aku berlindung kepadaMu dari kebinasaan, dan aku berlindung kepadaMu dari tenggelam, terbakar dan kepikunan, dan aku berlindung kepadaMu dari dirasuki syaithan ketika sekarat, dan aku berlindung kepadaMu dari mati di jalanMu dalam keadaan melarikan diri, dan aku berlindung kepadaMu dari hewan berbisa).”
[Sunan Abu Daawud no. 1552][12] Diriwayatkan pula oleh An-Nasaa’iy (Sunan Ash-Shughraa no. 5531; Al-Kubraa no. 7917); Ahmad (Musnad no. 15097); Al-Haakim (Al-Mustadrak 1/531); Ath-Thabaraaniy (Musnad Asy-Syaamiyyiin no. 1521; Mu’jam Al-Kabiir no. 381; Ad-Du’aa’ no. 1363); Al-Baihaqiy (Ad-Da’awaatul Kabiir no. 271)
11. Memohon perlindungan dari empat hal
أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ سَعِيدِ بْنِ
أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَخِيهِ عَبَّادِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ أَنَّهُ سَمِعَ
أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْأَرْبَعِ مِنْ
عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لَا
تَشْبَعُ وَمِنْ دُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ
Telah mengkhabarkan kepada kami Qutaibah, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Al-Laits, dari Sa’iid bin Abu Sa’iid, dari saudaranya, yaitu ‘Abbaad bin Abu Sa’iid, bahwa ia mendengar Abu Hurairah mengatakan, “Dahulu Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah berdoa, “Allaahumma inniy a’uudzubika minal arba’, min ‘ilmin laa yanfa’u wa min qalbin laa yakhsya’u wa min nafsin laa tasyba’u wa min du’aa’in laa yusma’u (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari empat hal, dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak pernah puas dan dari do’a yang tidak didengar).”
[Sunan An-Nasaa'iy Ash-Shughraa no. 5467; Al-Kubraa no. 7820][13] Diriwayatkan pula oleh Abu Daawud (Sunan no. 1548); Ibnu Maajah (Sunan no. 3837); Ahmad (Musnad no. 8283); Adh-Dhiyaa’ Al-Maqdisiy (Al-Mukhtarah no. 1721); Al-Haakim (Al-Mustadrak 1/104).
12. Memohon perlindungan dari berbagai tipu daya syaithan
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي شَيْبَةَ،، قال عبد
الله بنُ أَحمد: وَسَمِعْتُهُ أَنَا مِنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ
أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، أَنّ النَّبِيَّ صلى الله
عليه وسلم كَانَ يَقُولُ: ” اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ
الشَّيْطَانِ، مِنْ هَمْزِهِ، وَنَفْثِهِ، وَنَفْخِهِ “، فَهَمْزُهُ:
الْمُوتَةُ، وَنَفْثُهُ: الشِّعْرُ، وَنَفْخُهُ: الْكِبْرُ
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullaah bin Muhammad bin Abi Syaibah, ‘Abdullaah bin Ahmad berkata, dan aku mendengarnya dari ‘Abdullaah, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudhail, dari ‘Athaa’ bin As-Saa’ib, dari Abu ‘Abdirrahman, dari ‘Abdullaah (bin Mas’uud) -radhiyallaahu ‘anhu-, bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam dahulu pernah berdo’a, “Allaahumma inniy a’uudzubika minasy syaithaani, min hamzihi wa naftsihi wa nafkhihi (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari syaithan, dari bisikannya, ludahnya dan tiupannya).” Bisikannya adalah kegilaan, ludahnya adalah sya’ir dan tiupannya adalah kesombongan.
[Musnad Ahmad 6/380][14] Diriwayatkan pula oleh Ibnu Maajah (Sunan no. 808); Ibnu Khuzaimah (Shahiih Ibnu Khuzaimah no. 456); Al-Haakim (Al-Mustadrak 1/207); Ibnu Abi Syaibah (Al-Mushannaf no. 29606; Musnad no. 189); Abu Ya’laa Al-Maushiliy (Musnad no. 4994); Ibnu Abi Haatim (Tafsiir no. 8424); Ath-Thabaraaniy (Ad-Du’aa’ no. 1381).
13. Memohon kelurusan dalam suatu perkara dan berlindung dari keburukan diri
حَدَّثَنَا رَوْحٌ وَعَبْدُ الصَّمَدِ، قَالَا: حَدَّثَنَا حَمَّادٌ.
قَالَ رَوْحٌ: قال: قَالَ: أَخْبَرَنَا الْجُرَيْرِيُّ، عَنْ أَبِي
الْعَلَاءِ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي الْعَاصِ، وَامْرَأَةٍ مِنْ قَيْسٍ
أَنَّهُمَا سَمِعَا النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ أَحَدُهُمَا
سَمِعْتُهُ يَقُولُ: ” اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي وَخَطَئِي وَعَمْدِي
“، وقَالَ الْآخَرُ: سَمِعْتُهُ يَقُولُ: ” اللَّهُمَّ أَسْتَهْدِيكَ
لِأَرْشَدِ أَمْرِي، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي
Telah menceritakan kepada kami Rauh dan ‘Abdush Shamad, keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Hammaad, Rauh berkata, Hammaad berkata, telah mengkhabarkan kepada kami Al-Jurairiy, dari Abul ‘Alaa’, dari ‘Utsmaan bin Abul ‘Aash -radhiyallaahu ‘anhu- dan seorang wanita dari Qais, bahwasanya keduanya mendengar Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, salah satu dari keduanya berkata, aku mendengar beliau berdo’a, “Allaahummagh firliy dzanbiy wa khatha’iy wa ‘amdiy (Ya Allah, ampunilah dosaku, kekeliruanku dan kesengajaanku).” Dan berkata yang lainnya, aku mendengar beliau berdo’a, “Allaahumma astahdiika li arsyadi amriy, wa a’udzuubika min syarri nafsiy (Ya Allah, aku memohon petunjukMu kepada perkaraku yang lurus, dan aku berlindung kepadaMu dari keburukan diriku).”
[Musnad Ahmad no. 15835, 17447][15] Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Syaibah (Al-Mushannaf no. 29885); Ibnu Hibbaan (Shahiih Ibnu Hibbaan no. 901); Ath-Thabaraaniy (Mu’jam Al-Kabiir no. 8369; Ad-Du’aa’ no. 1392).
14. Memohon dijauhkan dari berbagai dosa sebagaimana jauhnya timur dan barat
حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ
عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَدْعُو: ”
اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِمَاءِ الثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّ
قَلْبِي مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ
الدَّنَسِ، وَبَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ
الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ “
Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair, dari Hisyaam bin ‘Urwah, dari Ayahnya, dari ‘Aaisyah -radhiyallaahu ‘anha-, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam dahulu pernah berdo’a, “Allaahummagh sil khataayaaya bimaa’its tsalji wal baradi, wa naqqi qalbiy minal khataayaaya kamaa naqqaitats tsaubal abyadha minad danasi, wa baa’id bainiy wa baina khataayaaya kamaa baa’adta bainal masyriqi wal maghribi (Ya Allah, bersihkanlah dosa-dosaku dengan salju dan embun, sucikanlah hatiku dari dosa-dosaku sebagaimana Kau sucikan pakaian putih dari kotoran, dan jauhkanlah diriku dari dosa-dosaku sebagaimana Kau jauhkan timur dengan barat).”
[Al-Mushannaf Ibnu Abi Syaibah no. 29693][16] Diriwayatkan pula oleh Ath-Thabaraaniy (Ad-Du’aa’ no. 1345); Al-Baihaqiy (Ad-Da’awaatul Kabiir no. 207)
Semoga bermanfaat. Wallaahu a’lam.
Sumber : “Ad-Du’aa’“, karya Al-Imam Abul Qaasim Ath-Thabaraaniy, tahqiiq : Dr. Muhammad Sa’iid bin Muhammad Hasan Al-Bukhaariy, Daar Al-Basyaa’ir Al-Islaamiyyah -dengan beberapa penambahan-. Footnotes : [1] Quthbah bin Maalik radhiyallahu ‘anhu, sahabat Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam. [2] Hadits ini sanadnya shahih. Dishahihkan oleh Syaikh Syu’aib Al-Arna’uuth dalam tahqiq Shahiih Ibnu Hibbaan, kemudian Syaikh Al-Albaaniy dalam Zhilaalul Jannah no. 13, Shahiihul Jaami’ no. 1298 dan Shahiih At-Tirmidziy. Al-Haafizh As-Suyuuthiy dalam Jaami’ Ash-Shaghiir no. 1472 berkata sanadnya hasan. [3] Dengan matan do’a : اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الْأَخْلَاقِ، وَالْأَعْمَالِ، وَالْأَهْوَاءِ [4] Dengan matan do’a : اللَّهُمَّ جَنِّبْنِي مُنْكَرَاتِ الأَخْلاقِ، وَالأَهْوَاءِ، وَالأَعْمَالِ وَالأَدْوَاءِ [5] Dengan matan do’a : اللَّهُمَّ جَنِّبْنِي مُنْكَرَاتِ الأَخْلاقِ، وَالأَهْوَاءِ، وَالأَدْوَاءِ Walau matan-matannya ada perbedaan, namun semua lafazhnya dapat digunakan dan tidak ada perhatian khusus dari para ulama. [6] Hasan lighairihi. Dan sanad An-Nasaa’iy ini dha’if karena dalam sanadnya ada Huyay bin ‘Abdillaah, dia adalah Al-Mu’aafiriy Al-Bashriy. Al-Haafizh berkata dia shaduuq yahimu dan disepakati Al-Albaaniy dalam Ash-Shahiihah no. 1541, namun yang benar ia dha’if, Ahmad berkata bahwa hadits-haditsnya diingkari, Al-Bukhaariy berkata “fiihi nazhar”, An-Nasaa’iy berkata “laisa bil qawiy”, Ibnu ‘Adiy berkata “aku berharap tidak mengapa dengannya jika yang meriwayatkannya adalah rawi tsiqah”, sedangkan Ibnu Ma’iin berkata “tidak ada yang salah dengannya”, dan Syu’aib Al-Arna’uuth dalam At-Tahriir 1/337 berkata “dha’if, memerlukan penguat”, dan inilah yang benar. Ath-Thabaraaniy (Mu’jam Al-Kabiir no. 11882) meriwayatkan syaahid hadits ini, dari jalan ‘Abdullaah bin ‘Abbaas radhiyallaahu ‘anhuma; Telah menceritakan kepada kami ‘Abdaan bin Ahmad, telah menceritakan kepada kami Ya’quub bin Ishaaq Al-Qaluusiy, telah menceritakan kepada kami ‘Abbaad bin Zakariyyaa Ash-Shariimiy, telah menceritakan kepada kami Hisyaam bin Hassaan, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbaas, secara marfuu’, dan dengan tidak menyebutkan lafazh “wa syamaatahil a’daa’”, melainkan “wa min bawaaril ayyimi, wa fitnatid dajjaal (dari hidup membujang (tidak laku-laku) dan fitnah dajjal)”. Demikian diriwayatkan pula oleh Adh-Dhiyaa’ Al-Maqdisiy (Al-Mukhtarah no. 4428); Ad-Daaruquthniy (Al-Afraad no. 15). Dan sanadnya dha’if, ‘Abbaad bin Zakariyyaa tidak dikenal dan tidak ditemukan biografinya, demikian dikatakan Abul Hasan Al-Haitsamiy dalam Majma’ Az-Zawaa’id 10/146, kemudian disepakati Al-Albaaniy dalam Adh-Dha’iifah 4/152. Abu Bakr Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan di dua tempat dalam Mushannaf-nya; - Telah menceritakan kepada kami Jariir, dari Manshuur, dari Mujaahid, dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, sabdanya, dengan hanya tambahan lafazh “wa bawaaril ayyim”. (Al-Mushannaf no. 29639) - Telah menceritakan kepada kami Ghundar, dari Syu’bah, dari Al-Hakam, dari Ibnu Abi Lailaa, sabda Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, tanpa lafazh “wa syamaatahil a’daa’”. (Al-Mushannaf no. 29641) Dan kedua sanadnya mursal shahih hingga Mujaahid dan Ibnu Abi Lailaa. Al-Bukhaariy dalam Shahiih-nya (no. 6369) meriwayatkan dari jalan Anas bin Maalik -radhiyallaahu ‘anhu-; Telah menceritakan kepada kami Khaalid bin Makhlad, telah menceritakan kepada kami Sulaimaan, telah menceritakan kepadaku ‘Amr bin Abu ‘Amr, aku mendengar Anas bin Maalik berkata, Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam berdoa, “Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari duka cita dan kesedihan, kelemahan dan kemalasan, ketakutan dan kebakhilan, serta lilitan hutang dan genggaman musuh.” Dari semua jalan-jalan periwayatan diatas, maka hadits ini adalah hasan lighairihi. [7] Abul Hasan Al-Haitsamiy berkata, “Para perawinya adalah para perawi tsiqah.” (Majma’ Az-Zawaa’id 7/223), dan disepakati Al-’Ajluuniy (Kasyful Khafaa’ 1/218). Dihasankan Al-Haafizh As-Suyuuthiy dalam Al-Jaami’ush Shaghiir no. 1520. [8] Hasan. Dihasankan Syaikh Al-Albaaniy dalam Ash-Shahiihah no. 3137. [9] Para perawinya adalah para perawi Ash-Shahiihain, dan hadits ini shahih. Syaikh Syu’aib Al-Arna’uuth berkata, “Shahih sesuai syarat Imam Muslim.” (Tahqiiq Shahiih Ibnu Hibbaan 3/295). [10] Para perawinya adalah para perawi Ash-Shahiihain, dan hadits ini shahih. Syaikh Al-Albaaniy berkata, “Sanadnya jayyid.” (Takhriij Al-Misykaah no. 2401). [11] Ka’b bin ‘Amr radhiyallaahu ‘anhu, sahabat Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam. [12] Al-Imam Al-Haakim berkata, “Sanadnya shahih namun tidak dikeluarkan Al-Bukhaariy dan Muslim.” Syaikh Al-Albaaniy menshahihkannya dalam Shahiih Abu Daawud, dan Shahiihul Jaami’ no. 1282. [13] Sanadnya hasan, dan Syaikh Al-Albaaniy dalam Takhriij Al-Misykaah no. 2399 berkata shahih lighairihi. [14] Hasan lighairihi. Dan sanad Ahmad ini dha’if dikarenakan ‘Athaa’ bin As-Saa’ib, ia tsiqah namun mengalami ikhtilath di akhir umurnya, Muhammad bin Fudhail termasuk diantara para perawi yang mendengar dari ‘Athaa’ setelah ikhtilath : قال : وروى عن عطاء بن السائب؟ قال يحيى : إن جريرا وإبن فضيل وهؤلاء، سمعوا من عطاء بن السائب بآخرة. فقلت ليحيى : كان عطاء قد خلط؟ قال : نعم . وحماد بن سلمة سمع من عطاء بن السائب قديما قبل الإختلاط (Ibnul Junaid) berkata, “Dan (Jariir bin ‘Abdul Hamiid) meriwayatkan dari ‘Athaa’ bin As-Saa’ib?” Yahyaa (bin Ma’iin) berkata, “Sesungguhnya Jariir, Ibnu Fudhail dan mereka mendengar dari ‘Athaa’ bin As-Saa’ib di masa-masa akhir.” Maka aku bertanya pada Yahyaa, “‘Athaa’ telah mengalami ikhtilath?” Yahyaa menjawab, “Ya, dan Hammaad bin Salamah mendengar dari ‘Athaa’ bin As-Saa’ib di awal sebelum ikhtilathnya.” [Su'aalaat Ibnul Junaid li Yahyaa bin Ma'iin hal. 478 no. 837] Abu ‘Abdirrahman adalah ‘Abdullaah bin Habiib bin Rabii’ah Al-Kuufiy, Abu ‘Abdirrahman As-Sulamiy, Al-Haafizh berkata “tsiqah tsabt”. Muhammad bin Fudhail mempunyai beberapa mutaba’ah, antara lain dari : ‘Ammaar bin Ruzaiq, diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya no. 3818; Telah menceritakan kepada kami Abul Jawwaab, telah menceritakan kepada kami ‘Ammaar bin Ruzaiq, dari ‘Athaa’ bin As-Saa’ib, dari Abu ‘Abdirrahman, dari ‘Abdullaah bin Mas’uud, secara marfuu’. –’Ammaar bin Ruzaiq Adh-Dhabbiy At-Tamiimiy, Abul Ahwash Al-Kuufiy, Al-Haafizh berkata “tidak mengapa dengannya”. Namun tidak ada keterangan ia mendengar dari ‘Athaa’ bin As-Saa’ib sebelum atau sesudah ikhtilathnya, maka wajib tawaqquf dalam hal ini, namun sanad ini bisa menjadi i’tibar riwayat Ibnu Fudhail.– Warqaa’, diriwayatkan Al-Baihaqiy dalam Syu’abul Iimaan no. 2066 dan Ad-Da’awaatul Kabiir no. 286 dari jalan Al-Haakim Abu ‘Abdillaah; Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abu Thayyibah, telah menceritakan kepada kami Warqaa’, dari ‘Athaa’ bin As-Saa’ib, dari Abu ‘Abdirrahman, dari ‘Abdullaah, secara marfuu’. –Warqaa’ bin ‘Umar bin Kulaib Al-Yasykuriy, Abu Bisyr Al-Madaa’iniy Al-Kuufiy, Al-Haafizh berkata “shaduuq, pada haditsnya dari Manshuur (bin Al-Mu’tamir) lemah”. Dan tidak ada pula keterangan apakah Warqaa’ mendengar ‘Athaa’ sebelum atau setelah ikhtilathnya. Namun sanad ini pun bisa dijadikan i’tibar riwayat ‘Ammaar dan Ibnu Fudhail. Maka, jika dikumpulkan sanad-sanad dari jalan Ibnu Mas’uud ini, haditsnya akan menjadi hasan lighairihi. Syaikh Syu’aib Al-Arnaa’uth menshahihkan hadits ini dalam ta’liq Musnad Ahmad 6/380. [15] Hadits shahih. Abul Hasan Al-Haitsamiy berkata, “Para perawinya adalah para perawi Ash-Shahiih.” (Majma’ Az-Zawaa’id 10/180), dan Syaikh Al-Albaaniy menshahihkannya dalam Shahiih Al-Mawaarid no. 2059. [16] Hadits shahih. Hadits ini adalah bagian dari hadits riwayat Imam Al-Bukhaariy yang diriwayatkan dalam Shahih-nya no. 6377 dan Imam Muslim dalam Shahih-nya no. 2707.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar