Setelah Buku Pintar Berdebat Dengan Wahabi beredar, dan resensinya dimuat di situs www.nu.or.id,
sebagian kaum Wahabi merasa tersinggung dan menulis komentar di situs
tersebut bahwa dari kalangan mereka ada yang bermaksud menulis bantahan.
Penulis komentar di NU-Online tersebut, dengan nada mengejek juga menyatakan, bahwa dasar istighatsah yang digunakan oleh Buku Pintar Berdebat Dengan Wahabi, paling kuat adalah hadits Ibnu Umar RA yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab al-Adab al-Mufrad. Padahal menurutnya hadits Ibnu Umar RA tersebut lemah dan tidak dapat dijadikan hujjah.
Setelah beberapa lama menunggu, ternyata bantahan yang dijanjikan oleh penulis komentar di NU-Online tersebut tidak kunjung datang, sampai Buku Pintar mengalami cetak ulang beberapa kali dan beredar luas di Tanah Air dalam waktu sekitar lima bulan. Baru tanggal 1 Juni 2011, saya menerima telephon dari KH. Muhyiddin Abdusshamad, Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Jember, bahwa beliau menerima kiriman majalah Qiblati – majalah Wahabi yang berkantor di Kota Malang Jawa Timur-, yang dikirim oleh Syaikh Mamduh Farhan al-Buhairi, ulama Wahabi dari Saudi Arabia, yang pernah tinggal di Jember beberapa tahun lalu. Setelah dibaca, ternyata majalah Qiblati edisi Rajab 1423 H/Juni 2011 M, memuat artikel bantahan Syaikh Mamduh terhadap Buku Pintar Berbedar Dengan Wahabi seputar kisah dialog as-Sayyid Alwiy al-Maliki dengan Syaikh Ibnu Sa’di, ulama terkemuka kaum Wahabi.
Setelah membaca artikel bantahan Syaikh Mamduh tersebut, KH. Muhyiddin segera mengirimkan majalah itu kepada penulis dan meminta penulis untuk meluangkan waktu untuk menulis jawaban terhadap artikel tersebut. Tentu saja penulis tidak dapat menolak permintaan beliau, karena selama ini beliau memang sangat memperhatikan keselamatan akidah kaum Muslimin, khususnya warga nahdliyyin, dari rongrongan dan ancaman ajaran-ajaran yang menyimpang dari manhaj Ahlussunnah Wal-Jama’ah.
Oleh karena itu, penulis berupaya meluangkan waktu seraya memohon pertolongan kepada Allah SWT, untuk menulis jawaban ilmiah terhadap majalah Qiblati seputar kisah populer tentang perdebatan al-Imam as-Sayyid Alwiy al-Maliki dengan Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Sa’di, agar tidak ada keraguan di kalangan kaum Muslimin bahwa ajaran Wahabi memang benar-benar ajaran batil dan harus diwaspadai. Tentu saja, dalam buku ini, penulis hanya bermaksud menanggapi pernyataan Syaikh Mamduh yang memiliki bobot ilmiah – untuk tidak mengatakan syubhat ilmiah. Sedangkan pernyataan beliau yang jauh dari bobot ilmiah dan hanya bernilai retorika belaka, penulis memilih untuk tidak melayaninya.
Daftar Isi Buku
Sekapur Sirih
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAGIAN PERTAMA
Dialog Terbuka Di Masjidil Haram
BAGIAN KEDUA
Jawaban Terhadap Majalah Qiblati
Sanad Periwayatan
Matan Riwayat
Kesalahan Redaksional
Tujuan Periwayatan
Hakikat Tabaruk dan Dalil-dalilnya
Hadits-hadits Nabi r Tentang Tabaruk
Sahabat y dan Tabaruk
Ahli Hadits dan Tabaruk
Kealiman Syaikh Ibnu Sa’di
Perbandingan Antara Syaikh Ibnu Sa’di dan as-Sayyid Alwiy al-Maliki
BAGIAN KETIGA
Takhrij Hadits “Ya Muhammad”
Derajat Hadits
Bersama Kaum Wahabi
Alasan Ikhtilath
Alasan Tadlis
Daftar Referensi
Penerbit Bina ASWAJA Surabaya, 100 halaman, Rp. 12.000,-
Setelah beberapa lama menunggu, ternyata bantahan yang dijanjikan oleh penulis komentar di NU-Online tersebut tidak kunjung datang, sampai Buku Pintar mengalami cetak ulang beberapa kali dan beredar luas di Tanah Air dalam waktu sekitar lima bulan. Baru tanggal 1 Juni 2011, saya menerima telephon dari KH. Muhyiddin Abdusshamad, Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Jember, bahwa beliau menerima kiriman majalah Qiblati – majalah Wahabi yang berkantor di Kota Malang Jawa Timur-, yang dikirim oleh Syaikh Mamduh Farhan al-Buhairi, ulama Wahabi dari Saudi Arabia, yang pernah tinggal di Jember beberapa tahun lalu. Setelah dibaca, ternyata majalah Qiblati edisi Rajab 1423 H/Juni 2011 M, memuat artikel bantahan Syaikh Mamduh terhadap Buku Pintar Berbedar Dengan Wahabi seputar kisah dialog as-Sayyid Alwiy al-Maliki dengan Syaikh Ibnu Sa’di, ulama terkemuka kaum Wahabi.
Setelah membaca artikel bantahan Syaikh Mamduh tersebut, KH. Muhyiddin segera mengirimkan majalah itu kepada penulis dan meminta penulis untuk meluangkan waktu untuk menulis jawaban terhadap artikel tersebut. Tentu saja penulis tidak dapat menolak permintaan beliau, karena selama ini beliau memang sangat memperhatikan keselamatan akidah kaum Muslimin, khususnya warga nahdliyyin, dari rongrongan dan ancaman ajaran-ajaran yang menyimpang dari manhaj Ahlussunnah Wal-Jama’ah.
Oleh karena itu, penulis berupaya meluangkan waktu seraya memohon pertolongan kepada Allah SWT, untuk menulis jawaban ilmiah terhadap majalah Qiblati seputar kisah populer tentang perdebatan al-Imam as-Sayyid Alwiy al-Maliki dengan Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Sa’di, agar tidak ada keraguan di kalangan kaum Muslimin bahwa ajaran Wahabi memang benar-benar ajaran batil dan harus diwaspadai. Tentu saja, dalam buku ini, penulis hanya bermaksud menanggapi pernyataan Syaikh Mamduh yang memiliki bobot ilmiah – untuk tidak mengatakan syubhat ilmiah. Sedangkan pernyataan beliau yang jauh dari bobot ilmiah dan hanya bernilai retorika belaka, penulis memilih untuk tidak melayaninya.
Daftar Isi Buku
Sekapur Sirih
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAGIAN PERTAMA
Dialog Terbuka Di Masjidil Haram
BAGIAN KEDUA
Jawaban Terhadap Majalah Qiblati
Sanad Periwayatan
Matan Riwayat
Kesalahan Redaksional
Tujuan Periwayatan
Hakikat Tabaruk dan Dalil-dalilnya
Hadits-hadits Nabi r Tentang Tabaruk
Sahabat y dan Tabaruk
Ahli Hadits dan Tabaruk
Kealiman Syaikh Ibnu Sa’di
Perbandingan Antara Syaikh Ibnu Sa’di dan as-Sayyid Alwiy al-Maliki
BAGIAN KETIGA
Takhrij Hadits “Ya Muhammad”
Derajat Hadits
Bersama Kaum Wahabi
Alasan Ikhtilath
Alasan Tadlis
Daftar Referensi
Penerbit Bina ASWAJA Surabaya, 100 halaman, Rp. 12.000,-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar