Selasa, 24 Maret 2015

Buku "Atlas Walisongo"nya Prof Agus Sunyoto

RINGKASAN Kesimpulan dari Buku "Atlas Walisongo"-nya prof. agus sunyoto
-------------------
- Selama 800 tahun islam tidak diterima oleh pribumi : Islam masuk Indonesia sekitar tahun 674 M (berdasarkan catatan Dinasti Tang), namun sampai 1433 M (menurut catatan Cheng Ho dan Ma Huan), penduduk pribumi belum mengikuti
Islam.
Menurut catatan Ma Huan, penduduk
pesisir Jawa terdiri dari 3 kelompok :
1- etnis Tionghoa (menurut catatan Ma Huan 100 % orang Tionghoa pada masa ini beragama Islam)
2- etnis Arab dan Persia
(beragama Islam)
3- penduduk pribumi (non muslim ; istilah Ma Huan : Kafir , Ma Huan seorang muslim).

- Sekitar 40 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1513, seorang Portugis bernama Tome Pires datang ke jawa.
Ia mencatat, sepanjang pantai utara jawa, penguasanya adalah para adipati
muslim.
Kesaksian lainnya, pada tahun 1522,
Antonio Pigafetta, seorang pengelana dari Italia yang menumpang kapal portugis datang ke Jawa, ia menyaksikan penduduk pribumi di sepanjang utara jawa seluruhnya adalah muslim.
Di pedalaman masih ada kerajaan majapahit, rajanya Raden Wijaya, namun sudah tidak berkembang.
- WaliSongo berhasil mengislamkan tanah Jawa dalam kurun waktu hanya 40 tahun.
- Sampai era Demak manusia masih dibagi 2 kelompok besar mengikuti era Majapahit : "Gusti & kawula".
Gusti adalah istilah bagi bangsawan yang hidup di dalam keraton.
Sementara kawula berarti budak.Kawula tidak mempunyai hak milik.
Harta bendanya milik Gusti.
Kata ganti pertama untuk Gusti adalah "ingsun"
Kata ganti pertama untuk Kawula di jawa adalah "kulo" (budak)
Di Sunda "abdi" (=budak)
di Sumatera "saya" (sahaya = budak)
"ambo" (hamba = budak).
- Walisongo mengubah struktur ini dengan mengenalkan istilah "masyarakat".
Diambil dari bahasa Arab "musyarokah" = orang yang sederajat dan bekerjasama
- Menurut catatan Portugis (Antonio Pigafetta) orang jawa Majapahit dikenal sombong.
Prinsip hidupnya adalah : "adigang-adigung-adiguno."
Tidak kenal istilah kalah , Yang ada hanya "menang" atau "mati".
Walisongo mengenalkan istilah ngalah.
Ngalah = menuju ke Allah
Ini persis dengan Ngalas = menuju ke alas/hutan.
- Agama Hindu-Budha hanya dipeluk golongan Gusti.
Sementara para Kawula menganut agama Kapitayan , para kawulo ini menyembah Sang Hyang Taya
(Taya = suwung; kosong) yang bersifat "tan keno kinoyo ngopo" artinya (tidak bisa diapa-apakan keberadaan-Nya , sangat berbeda dengan makhluk , abstrak).
Konsep ini dimanfaatkan oleh Walisongo karena cocok sifat Allah: "laisa kamitslihi syai'un"
- Orang Kapitayan beribadah di "sanggar" (kotak dengan lubang di depannya), oleh walisongo kemudian di ubahnya menjadi "langgar".
- Ibadah islam pun disesuaikan istilahnya dengan istilah orang jawa Kapitayan.
Sholat di namai dengan "Sembahyang" (menyembah Sang Hyang) ,
Shaum menjadi Poso/Puasa (dari kata Upawasha) ,
- Semangat Islam dan teknologi membuat Demak menjadi negara yang kuat.
Teknologi Demak berhasil menciptakan meriam Besar (pada masa itu Bangsa eropa belum mampu membuatnya).
Bahkan, oda nobunaga (daimyo Samurai dari jepang) pun membeli meriam besar dari kerajaan demak.
- Pasca perang Diponegoro (tahun 1800-an) Belanda mengubah strategi perangnya dengan menciptakan naskah-naskah untuk mengadu domba dan melemahkan keislaman orang Jawa.
Misalnya dibuatlah naskah Serat Darmogandul & Gatoloco.
Dibuat pula tokoh fiktif semacam sabdopalon & Nayagenggong.
- Perang Bubat (perang antara Majapahit dan Sunda) pun diduga kuat fiktif.
Karena hanya tercatat di Kidung Sunda yang ditemukan oleh orang Belanda di Bali (Kidung ini berbahasa Jawa, bukan Sunda).
Kisah Perang Bubat tidak ditemukan di
naskah Kerajaan Sunda maupun Kerajaan Majapahit.
Di Kitab Negarakertagama (yang dibuat pasca meninggalnya Gajah Mada) pun tidak tercantum.
Kemungkinan besar kisah Perang Bubat tersebut fiktif, dibuat oleh Belanda untuk mengadu domba jawa Sunda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar