Sabtu, 10 Januari 2015

Kisah Sultan Sulaiman al-Qonuni

Mengenal Sultan Sulaiman al-Qonuni (Suleiman the Magnificent)
Beliau adalah Sulaiman al-Qonuni bin Salim, orang-orang Barat mengenalnya dengan Sulaiman yang agung atau Suleiman the Magnificent. Ia adalah salah satu sultan yang termasyhur dari kerajaan Turki Utsmani. Pemerintahannya berlangsung selama 48 tahun, dimulai dari tahun 926 H hingga 974 H. Dengan demikian, ia adalah sultan terlama dibanding sultan-sultan lainnya yang memerintah kerajaan Turki tersebut.
Selama memerintah negara kekhalifahan Utsmani, ia berhasil menjadikan kerajaan ini begitu kuat dan berkuasa. Hal itu sangat tampak pada batas-batas wilayah Utsmani, yang luasnya belum pernah disaksikan pada masa sebelumnya. Kekuasaannya terbentang ke penjuru negeri dan pengaruhnya meliputi seluruh dunia, tidak heran jika ia menjadi penguasa dunia. Perkataannya didengarkan oleh seluruh negeri dan kerajaan lainnya. Menajemen dan tata perundangan kerajaannya begitu modern, tanpa menyelisihi syariat Islam yang memang dijaga, dimuliakan, dan dipegang teguh oleh keluarga Utsmani di setiap wilayah kekuasaan mereka. Ilmu pengetahuan dan sastra begitu maju serta arsitektur dan pembangunan begitu berkembang.
Masa Pertumbuhan dan Awal Pemerintahan
Ayah Sultan Sulaiman adalah Sultan Salim I dan ibunya bernama Hafshah. Sultan Sulaiman dilahirkan di Kota Trabzon tahun 900 H bertepatan dengan 1495 M. Saat ia dilahirkan, sang ayah menjabat amir daerah Trabzon. Ayahnya memberikan perhatian yang begitu besar padanya. Sedari kecil, ia dididik untuk mencintai ilmu dan sastra, mencintai ulama, ahli fikih, dan sastrawan. Sulaiman kecil dikenal sebagai seorang anak yang tekun dan memiliki kesungguhan.
Tatkala ayahnya wafat pada 9 Syawal 926 H atau 22 September 1520 M, Sulaiman diangkat menjadi raja yang baru menggantikan ayahnya. Saat itulah secara langsung ia memegang urusan negara dan memainkan peranan utama dalam perpolitikannya. Di awal pelatikannya, ia membuka khotbahnya dengan membaca ayat,
إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. (QS. An-Naml: 30).
Dalam masa pemerintahannya, Sultan Sulaiman benar-benar total memenuhi hari-harinya untuk bertanggungjawab sebagai kepala negara.
Di awal pemerintahannya, ia berhasil memperluas pengaruh kerajaan, mengalahkan pihak asing yang hendak mencampuri urusan kerajaan, dan menertibkan wilayah yang hendak melepaskan diri dari otoritas Utsmani. Mereka mengira karena usia Sultan Sulaiman yang masih sangat muda, 26 tahun, merupakan kesempatan yang tepat untuk mewujudkan ambisi dan keinginan mereka. Ternyata tidak semudah apa yang mereka sangka. Di usia belianya, Sultan Sulaiman sudah memiliki kekuatan dan kematangan dalam memimpin.
Sultan Sulaiman berhasil memadamkan api pemberontakan yang dikobarkan oleh Janbirdi al-Ghazali di Syam, Ahmad Basya di Mesir, dan seorang Syiah yang bernama Qulandar Jalabi di daerah Konya dan Kahramanmaraş. Qulandar mengerahkan 30.000 pengikutnya untuk mengadakan revolusi, menggulingkan kerajaan.
*Jihad Mengusir Penjajah Eropa di Timur Tengah
Pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman, terjadi beberapa kali peperangan. Hal tersebut berkonsekuensi menjadikan wilayah kekuasaan kerajaan Utsmani kian luas hingga mencapai Eropa, Asia, dan Afrika. Pada tahun 927 H/1521 M, Utsmani berhasil menguasai wilayah Belgrade (ibu kota Serbia sekarang). Tahun 935 H/1529 pasukan Utsmani mengepung Kota Vienna (ibu kota Austria sekarang) walaupun tidak berhasil menguasainya. Di kesempatan berikutnya upaya menaklukkan Vienna kembali dilakukan, namun hasilnya tetap sama. Kemudian Budapest, ibu kota Hungaria menjadi salah satu propinsi Utsmani.
Di Asia, Sultan Sulaiman menghadapi tiga kali peperangan besar dengan negara Syiah, Kerajaan Shafawi. Dimulai pada tahun 941 H/1534 M yang mengakibatkan Irak menjadi bagian dari Daulah Utsmaniyah. Kemudian tahun 955 H/1548 M, Tabriz (wilayah Iran) menjadi bagian dari Utsmani. Dan pada tahun 962 H/1555 M, Sultan Sulaiman berhasil memaksa Shah Tahmasp I (Raja Iran) untuk mengikat perjanjian perdamaian sekaligus menjadikan Utsmani berkuasa penuh atas Arywan, Tabriz, dan Anatolia.
Sultan Sulaiman juga menghadapi Portugal di Samudera Hindia dan Teluk Arab. Pada tahun 953 H/1546, Yaman, Oman, Ahsa, dan Qatar menjadi propinsi-propinsi Daulah Utsmani. Hal ini menyebabkan semakin kecilnya pengaruh Portugal di Timur Tengah.
Di Afrika, Libia, sebagian besar Tunisia, Eritria, Jibouti, dan Shomalia menjadi bagian wilayah Turki Utsmani di masa pemerintahan Sultan Sulaiman al-Qonuni.
*Pembangunan Maritim Utsmani
Pembangunan maritim Utsmani mulai dirintis dan mengalami pertumbuhan pesat pada masa pemerintahan Sultan Bayazid II. Angkatan laut kerajaan memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kedaulatan laut kerajaan. Pada masa Sultan Sulaiman, kekuatan maritim pun kian diperkokoh. Dengan panglima angkatan laut yang terkenal Khoiruddin Barbarosa, yang dicitrakan Barat sebagai seorang bajak laut. Barbarosa adalah seorang panglima angkatan laut Utsmani yang tangguh. Ia berhasil menguasai pantai Spanyol dan menghancurkan angkatan laut Pasukan Salib di Laut Mediterania.
Khoiruddin Barbarosa memiliki peranan yang signifikan dalam membantu Sultan Sulaiman menghadapi orang-orang Spanyol dan menyelamatkan ribuan muslim Spanyol dari kekejaman Kristen Eropa. Pada tahun 935 H/ 1529 M, kapal-kapal laut Utsmani diberangkatkan menuju pesisir Spanyol untuk mengangkut sekitar 7000 muslim Spanyol yang diburu oleh pemerintah Kristen Spanyol untuk dibunuh, dipaksa memeluk Kristen, atau dijadikan budak.
Sultan juga mempercayakan Khoiruddin Barbarosa dalam menghadapi serangan orang-orang Spanyol di Laut Mediterania. Spanyol menderita kerugian yang sangat besar karena kalah dalam pertempuran tersebut. Dan penderitaan terbesar aliansi Kristen adalah dalam Perang Preveza pada tahun 945 H/1538 M.
Khoiruddin Barbarosa juga berperan dalam kerja sama militer dengan Prancis saat membebaskan Kota Nice pada tahun 950 H/1543 M. Hasil dari kerja sama ini adalah Utsmani diberikan kekuasaan atas kota pelabuhan Toulon. Dan Kota Toulon pun menjadi basis militer dan pelabuhan Kerajaan Utsmani di Laut Mediterania bagian barat.
*Perkembangan Daulah Utsmaniyah di Masa Sultan Sulaiman
Kekuasaan Utsmani kian meluas hingga mencapai Laut Merah karena mereka berhasil mengusir orang-orang Portugal dari wilayah tersebut. Di Afrika, Habasyah pun menjadi bagian dari Utsmani. Dengan demikian, jalur-jalur perdagangan antara Asia dan dunia Barat melewati negara Islam Turki Utsmani.
– Perkembangan Peradaban
Selain sebagai kepala negara, Sultan Sulaiman al-Qonuni adalah seorang yang mahir dalam menggubah syair, menulis kaligrafi, dan mengusai beberapa bahsa timur, seperti bahasa Arab. Ia juga suka dengan batu mulia, arsitektur, dan kontruksi bangunan. Hal ini berdampak pada pembangunan di kerajaannya.
Ia membangun beberapa bangunan utama seperti benteng di Rhodes, Belgrade, dan di wilayah Iran. Ia juga membangun masjid-masjid di wilayah Aden, Yaman, dan al-Qanatir al-Khayriyya, Mesir serta di berbagai penjuru wilayah Turki Utsmani. Khususnya di Damaskus, Mekah, dan Baghdad. Ia juga menunjukkan seni arsitektur pada bangunan-bangunan di ibu kota dan berbagai daerah.
Seorang sejarawan yang bernama Jamaluddin Falih al-Kailani mengatakan bahwa masa Sultan Sulaiman al-Qonuni merupakan masa keemasan Daulah Utsmani. Karena pada masanya Turki Utsmani menjadi satu-satunya negara adidaya di muka bumi dan memiliki dominasi kekuasaan di Laut Mediterania.
Pada masanya juga muncul arsitek-arsitek ulung dalam sejarah Islam, seperti Sinan Basya yang berperan besar dalam pembangunan-pembangunan Kerajaan Turki Utsmani. Ia juga yang memberikan sentuhan khas akan arsitektur Utsmani. Sehingga orang dengan mudah mengenal bangunan-bangunan Utsmani. Arsitek lainnya adalah Mimar Sinan. Ia membangun Masjid Sulaiman al-Qonuni atau dikenal juga dengan Jami’ as-Sulaimaniyah di Istanbul, pada tahun 964 H/1557 M. Ini adalah salah satu bangunan terbaik yang dibangun oleh seorang arsitek Islam yang bernama Mimar Sinan.
Selain kemajuan dalam bidang politik dan sosial kultural, seni kaligrafi pun mencapai puncak kemajuannya di zaman Sultan Sulaiman. Banyak ahli kaligrafi terkenal yang muncul di zamannya. Sebut saja Hasan Effendi Chalibi al-Qarah Hashari yang membuat kaligrafi-kaligrafi di Jami’ as-Sulaiman. Ada juga Ahmad bin Qarah Hashari penulis Rawa-i’ al-Khoththi al-Arabi wa al-Fanni ar-Rafi’. Demikian juga bermunculan ulama-ulama.
– Perkembangan Perundang-Undangan dan Administrasi
Sultan Sulaiman al-Qonuni menyusun tata perundangan dengan berdiskusi bersama Syaikh Abu as-Suud Effendi. Ia berusaha agar tata perundangan yang ia rancang tidak melenceng dari garis-garis yang dibataskan syariat Islam. Undang-undang tersebut dikenal dengan Qanun Namuhu Sulthan Sulaiman atau Undang-Undang Sultan Sulaiman. Undang-undang yang ia susun ini diterapkan hingga abad ke-13 H atau abad ke-19 M.
Karena konsistennya Sultan Sulaiman dalam menerapkan undang-undang yang ia susun, ia pun dilaqobi dengan al-Qonuni. Oleh karena itu, gelar-gelar yang diberikan orang-orang Eropa kepada Sultan Sulaiman seperti The Magnificent dan The Great, tidak memiliki pengaruh dan kesan yang mendalam dibanding laqob al-Qonuni. Karena laqob ini menunjukkan keadilan sang sultan dalam memerintah.
Dengan luasnya wilayah kekuasaan Turki Utsmani, kerajaan ini juga mengimbanginya dengan administrasi yang rapi dan tertata.
* Wafatnya Sultan Sulaiman
Di penghujung usianya, Sultan Sulaiman menderita sakit encok, sehingga membuatnya tidak bisa lagi mengendarai kuda. Dan beliau memiliki usia yang cukup panjang, mencapai 74 tahun.
Saat ia mengetahui orang-orang Kristen Eropa, berada di garis perbatasan negeri kaum mslimin, Sultan Sulaiman tetap berdiri, berjihad memimpin pasukannya, padahal saat itu beliau sedang menderita sakit yang cukup parah.
Ia berangkat pada tanggal 9 Syawal 973 H/29 April 1566 M. Saat sampai di Kota Szigetvár, Hungaria, sakit yang beliau derita pun bertambah parah. Sebelumnya, dokter kerajaan telah menasihatinya agar tidak berangkat ke medan jihad, dengan harapan sakit yang ia derita dapat sedikit reda atau bahkan sembuh total. Namun beliau menjawab dengan jawaban yang diingat oleh sejarah, ia berkata, “Aku lebih senang wafat dalam keadaan berjihad di jalan Allah”.
Sultan pun mengepung Kota Szigetvár. Setelah dua minggu mengepung, sampailah pasukan Islam di garis depan, dan pertempuran pun pecah. Cuaca yang dingin, kekuatan besar Kristen dan semangat tinggi mereka untuk mempertahankan benteng, menjadikan perang itu sebagai perang terberat yang dihadapi umat Islam.
Peperangan dan pengepungan terus berlangsung hingga genap 5 bulan. Kekhawatiran kaum muslimin pun kian meningkat karena sulitnya menaklukkan benteng Szigetvár ini. Di sisi lain, sakit sultan bertambah parah, dan ia merasakan bahwa ajalnya telah dekat. Sultan pun merendahkan dirinya kepada Allah Ta’ala, ia berkata, “Ya Allah penguasa sekalian alam, berilah kemenangan kepada hamba-hamba-Mu, umat Islam, tolonglah mereka, dan berilah nyala api pada orang-orang kafir ini”.
Allah Ta’ala mengabulkan doa Sultan Sulaiman. Salah satu peluru meriam umat Islam menghatam gudang mesiu orang-orang kafir. Ledakan dahsyat pun terjadi. Benteng mereka pun jebol. Umat Islam pun menyerang mereka habis-habisan. Dan pada akhirnya, bendera Sulaimaniyah berhasil berkibar di puncak benteng.
Betapa gembiranya sultan dengan kemenangan tersebut. Ia memuji Allah atas nikmat yang agung ini. Lalu ia berkata, “Sekarang, selamat datang wahai kematian. Selamat datang kebahagian (kemenangan) dan (semoga) kemenangan yang abadi. Berbahagialah jiwa yang ridha dan diridhai. Yaitu mereka yang Allah ridhai dan mereka juga ridha kepada Allah”.
Ruh sang sultan pun beranjak, pergi meninggalkan jasadnya pada tanggal 20 Shafar 974 H/5 September 1566 M. Semoga Allah menempatkan di surga yang penuh dengan kebahagiaan.
Kabar wafatnya Sultan Sulaiman, disampaikan Muhammad Basya kepada putra mahkota Sultan Salim II. Sultan Salim II berangkat menuju Szigetvár untuk menjemput sang ayah, kembali menuju Istanbul. Hari itu adalah hari yang penuh duka cita, umat Islam merasakan kesedihan dan kehilangan yang sangat mendalam. Adapun orang-orang Kristen Eropa merasakan kegembiraan yang begitu besar atas wafatnya Sultan Sulaiman, melebihi kegembiraan mereka atas wafatnya Sultan Bayazid I dan Muhammad al-Fatih. Mereka dentangkan lonceng-lonceng gereja mereka karena gembira dengan wafatnya sang mujahid.

Tanya Jawab
King Suleiman ANTV, Pemalsuan Sejarah Islam
Mohon tanggapan untuk sinetron King Suleiman di ANTV yang bnyak meresahkan kaum muslimin. Trim’s
Jawab:
===========
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Keberadaan berbagai macam sinetron yang ditayangkan di televisi, memberikan pelajaran bagi kita akan pentingnya pendidikan sejarah dalam kehidupan manusia. Untuk melihat masa depan, seseorang perlu memahami masa lalunya. Al-Qur’an sendiri banyak memuat berbagai cerita umat terdahulu, agar umat Islam dapat mengambil hikmah dan pelajarannya untuk menghadapi hari depan.
Tidak heran jika setiap bangsa senantiasa merumuskan sejarah masa lalunya. Sejarah berperan sangat penting yang mengarahkan kebangkitan suatu bangsa atau peradaban.
Muhammad Asad (Leopold Weiss) dalam bukunya, Islam at the Crossroads, menulis,
No civilization can prosper – or even exist, after having lost this pride and the connection with it’s own past…
“Tidak ada peradaban yang berjaya, bahkan bisa eksis, setelah mereka kehilangan kebanggaan dan keterkaitan dengan masa lalunya.”
Karenanya, telah menjadi salah satu konspirasi orang kafir, mereka berusaha mengaburkan sejarah kaum muslimin. Melalui pemalsuan sejarah, orang kafir berusaha melakukan upaya balas dendam terhadap para tokoh islam yang tidak mampu mereka lawan. Mereka juga mengarahkan umat untuk mengagungkan tokoh fiktif dari pada pahlawan umat yang sejatinya.
Siapa King Suleiman?
Beliau adalah Sulaiman bin Salim al-Qanuni. Orang barat mengenalnya dengan Sulaiman al-Adzim (The Great Sulaiman). Beliau menjabat khalifah selama 48 tahun, sejak 926 H. Tercatat beliau sebagai raja Daulah Utsmani yang paling lama menjadi khalifah.
King Sulaiman merupakan salah satu raja Daulah Utsmaniyah yang paling disegani dunia barat. Dikenal sangat mahir dalam bidang politik dan ketatanegaraan. Beliau mengembalikan keutuhan Daulah Utsmaniyah yang diambang perpecahan. Diantaranya, beliau menggagalkan pemberontakan yang dilakukan orang-orang syiah dibawah pimpinan Qilnadar Jalbi, yang memiliki kekuatan sekitar 30.000 pengikut.
Jihad King Suleiman
Beliau dikenal sebagai raja yang paling sering jihad selama masa kepemimpinan Daulah Utsmaniyah. Diantara keistimewaan beliau, setiap kali mengirim surat ke berbagai daerah, beliau meniru gaya Nabi Sulaiman ketika mengirim surat ke negeri Ratu Saba (Ratu Bilqis), yang Allah ceritakan di surat an-Naml,
إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
“Ini dari Sulaiman, Isinya: Bismillahirrahmanirrahiim.” (QS. an-Naml: 30).
Dengan intensitas ekspansi ke daerah kafir yang tinggi, hingga di tahun 927 H, kaum muslimin berhasil menaklukkan Beograd (ibu kota Serbia). Padahal ketika itu, Beograd dikenal sebagai pintu eropa tengah dan benteng masihiyin (kristiani). Beliau juga sempat mengepung Wina (Austria), dan memasukkan wilayah Budapest (Hongaria) ke kawasan Utsmani.
Beliau juga melakukan tekanan terhadap negeri Syiah, Daulah Shafawiyah (Iran). Beliau melakukan penyerangan 3 kali, dari tahun 941 hingga 962 H. Dari usaha ini, beliau banyak mengembalikan wilayah kaum muslimin dari penindasan orang Syiah. Sehingga di masa King Sulaiman, orang syiah dalam posisi sangat tertekan.
Semua upaya yang beliau lakukan merupakan proye besar untuk mengembalikan kejayaan kaum muslimin. Di samping itu, beliau berhasil mengusir Portugis dari wilayah perairan laut merah, dan menghentikan gerakan orang kafir yang sangat ambisius untuk menguasai timur tengah.
Peran Ulama dalam Menetapkan Hukum
Diantara faktor pendukung kejayaan kekhalifahan Daulah Utsmaniyah di masa beliau, posisi rakyat yang sangat loyal terhadap negara. Karena di masa beliau, perumusan undang-undang negara diserahkan kepada para ulama. Undang-udang itu dikenal dengan nama: Qanun Sulaiman Namah (Undang-undang Sulthan Sulaiman).
Salah satu ulama yang memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan undang-undang ketika itu adalah Imam Abu Su’ud Afandi. Seorang ulama ahli bahasa, ahli tafsir, peneliti, penulis kitab Tafsir Irsyad al-Aql as-Salim ila Mazaya al-Kitab al-Karim, atau yang sering dikenal dengan tafsir Abu Su’ud. Tafsir ini tebalnya 9 jilid, banyak menjelaskan sisi keistimewaan bahasa dan logika yang diajarkan al-Quran.
Prof. Jamaluddin Falih al-Kilani – peneliti sejarah asal Iraq – menegaskan, masa kekhalifahan Sultan Sulaiman al-Qanuni dinilai sebagai masa keemasan Daulah Utsmaniyah. Mengingat Daulah Utsmaniyah dianggap sebagai kejaraan terkuat di dunia, terutama sepanjang kawasan laut tengah.
Ketika beliau diangkat menjadi khalifah, ada salah satu penyair yang mengatkan,
قل للشياطين البغاة اخسأوا *** قد أوتى المُلك سليمانُ
Sampaikan kepada setan pemberontak, “Mampus kalian..”
Kerajaan telah diserahkan kepada Sulaiman.
(Disadur dari tulisan: as-Sulthan Sulaiman al-Qonuni, karya Dr. Raghib as-Sirjani).
Karena itu tidak heran ketika barat merasa belum tenang jika mereka belum melakukan balas dendam terhadap King Sulaiman. Jika jasadnya tidak bisa mereka sentuh, kehormatan beliau yang menjadi sasarannya. Stasiun TV swasta yang doyan harta-wanita, menjadi corong mereka untuk menyebarkan kedustaan sejarah itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar